Inti: Beberapa mata uang Asia menguat terhadap dolar AS yang melemah pada Senin, 16 Januari 2017, karena investor bereaksi terhadap kekhawatiran terkait kebijakan fiskal Presiden AS terpilih Donald Trump dan mengantisipasi keputusan suku bunga Bank of Japan (BoJ) minggu ini.
Pada hari pengukuhan Donald Trump sebagai Presiden AS, banyak mata uang Asia mengalami kenaikan marginal setelah indeks dolar AS turun 0,3%. Situasi ini muncul karena dolar mundur dari level tertinggi 26 bulan akibat kehati-hatian pasar sebelum pidato pelantikan Trump, yang diharapkan akan memperjelas strategi ekonomi pemerintahannya.
Secara khusus, yuan China menunjukkan kinerja yang datar, meskipun People's Bank of China (PBOC) mempertahankan suku bunga pinjaman utamanya tidak berubah di 3,1% untuk pinjaman satu tahun dan 3,6% untuk pinjaman lima tahun, bertujuan untuk mendorong likuiditas dan mendukung pemulihan ekonomi. Keputusan ini tampaknya sedikit berpengaruh pada sentimen pasar, dengan yuan domestik (CNY) naik 0,1% terhadap dolar, sementara yuan lepas pantai (CNH) meningkat 0,2%.
Pidato pelantikan Trump yang menekankan kebijakan "America First" menciptakan ketidakpastian di kalangan investor mengenai potensi tarif perdagangan atas ekspor China. Retorika ini memicu kekhawatiran tentang perang dagang yang dapat berdampak buruk pada ekonomi Asia yang bergantung pada perdagangan. Analis dari DBS Bank mencatat kurangnya proposal stimulus fiskal spesifik dalam pidato Trump, menunjukkan investor mengharapkan lebih banyak, yang berkontribusi pada mundurnya dolar sementara.
Dengan spekulasi mengenai kebijakan Trump yang berlanjut, sentimen yang lebih luas adalah jika kejelasan mengenai paket fiskal dan belanja infrastruktur datang dengan cepat, hal itu dapat menguntungkan penguatan dolar dalam beberapa minggu mendatang. Antisipasi volatilitas seputar strategi perdagangan AS memperkuat sentimen pasar yang hati-hati karena peserta mempertimbangkan potensi kenaikan dan penurunan berbagai mata uang.
Saat pasar bersiap untuk pertemuan kebijakan Bank of Japan yang akan datang, perkiraan menunjukkan potensi kenaikan suku bunga, menambah tekanan spekulatif pada yen Jepang. Yen (JPY) mengalami penurunan 0,3% terhadap dolar, tetapi investor mengharapkan BoJ akan menegaskan komitmennya untuk penyesuaian suku bunga lebih lanjut, seperti yang ditunjukkan oleh sumber tidak bernama yang dikutip Reuters.
Demikian pula, spekulasi menyelimuti keputusan Bank Negara Malaysia untuk mempertahankan suku bunga di 3,0%, mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan inflasi yang terkendali. Pengamat mencatat bahwa mata uang pasar berkembang, termasuk ringgit Malaysia, kemungkinan akan mengalami variasi karena bank sentral di seluruh Asia merespons perubahan kondisi ekonomi yang diperburuk oleh strategi fiskal AS.
Mata uang Asia lainnya, seperti dolar Australia, mengalami kenaikan kecil dengan peningkatan 0,2% terhadap dolar AS. Dolar Singapura turun 0,3%, sementara baht Thailand sebagian besar tidak berubah. Sebaliknya, rupee India menunjukkan kenaikan modest 0,1%, dikaitkan dengan pasar domestik yang membaik dan prospek harga minyak mentah yang menguntungkan.
Selain itu, jajak pendapat Reuters menunjukkan penguatan sentimen investor terhadap mata uang Asia karena taruhan bearish pada yuan berkurang secara signifikan, mencerminkan optimisme hati-hati tentang strategi ekonomi China di tengah ketidakpastian perdagangan global.
Interaksi antara kebijakan fiskal AS, stabilitas mata uang Asia, dan tindakan bank sentral berpotensi menjaga pasar forex dalam keadaan fluktuatif seiring reaksi terhadap pemerintahan Trump. Sementara beberapa analis mengantisipasi penguatan dolar jika rencana fiskal Trump memperoleh kejelasan, potensi kebijakan proteksionis dapat meningkatkan volatilitas di seluruh mata uang Asia berkembang. Saat lanskap berkembang pasca-pelantikan, peserta pasar akan tetap waspada untuk hasil langsung dari pemerintahan Trump dan bank sentral di seluruh Asia.